Cingcau Hitam


Cingcau hitam (Mesona palustris) termasuk dalam famili Labiateae. Bagian tanaman yang dimanfaatkan adalah daun dan batang. Selain penghasil jelly hitam seperti agar-agar yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan es campur/ minuman penyegar tanaman cingcau hitam ini juga banyak dibutuhkan industri jamu untuk obat-obatan.

Pengembangan usaha agribisnis Cingcau hitam memberikan peluang dan memiliki potensi pasar yang sangat baik, terutama dengan tersedianya pasar yang menjanjikan dari produk daun dan batang kering.  Saat ini peluang pasar ekspor ke luar negeri untuk tanaman cingcau hitam meliputi negara-negara Asia dan Eropa.  Selain itu, peluang pasar dalam negeri masih terbuka karena tanaman ini masih dibutuhkan oleh pasar dalam negeri khususnya untuk industri jamu.

Produktivitas dari hasil pemangkasan batang segar dan daun tanaman cingcau per hektar bisa mencapai 5 – 6 ton. Itupun dengan melakukan tumpangsari dengan tanaman lain, sedangkan biomas kering dapat mencapai1,75 – 2,00 ton per hektar.  Kelebihan dari menanam cingcau hitam ini adalah penanaman hanya dilakukan satu kali saja, sehingga pemanenan daun dan batang selama satu tahun 5 – 6 kali dengan rata-rata panen 1-2 bulan sekali.

Pembudidayaan tanaman cingcau hitam relatif mudah dilaksanakan, mulai dari pemilihan lahan yang diperlukan, proses pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan proses pengolahan batang dan daun.

Tanaman cingcau hitam baik tumbuh pada suhu berkisar 20 – 30°C, dengan curah hujan minimal 3000 mm/tahun. Tanaman ini akan memberikan hasil optimal bila ditanam pada ketinggian 200 – 800 meter dpl.   Kondisi tanah yang harus dipenuhi agar tanaman dapat tumbuh dengan baik adalah tanah yang gembur seperti lempung berpasir dengan kemiringan tanah 20-30%. 

Tanah yang akan dijadikan areal penanaman diolah dengan cara dicangkul untuk kemudian dibuat guludan-guludan berupa petak-petak dengan lebar 0,5 meter dan panjangnya disesuaikan kondisi lapangan.  Setelah pembuatan guludan, areal tersebut dibiarkan selama 2-3 minggu untuk penguapan udara tanah.  Pada saat pengolahan tanah, areal yang akan ditanami dibersihkan dari rumput-rumput, alang-alang dan semak belukar. 

Tanaman cingcau dapat ditanam secara vegetatif maupun generatif.  Meskipun cingcau hitam  dihasilkan dari biji, tetapi cara perbanyakan dengan melalui stek telah umum dan mudah dilakukan.  Stek diambil dari batang yang sedang ketuaannya, kemudian dipotong sepanjang ±10 – 15 cm dengan 2 – 3 mata ruas. Bila yang diperlukan hanya sedikit, mata setek tersebut dapat disemaikan terlebih dahulu dengan pasir setebal 10-20 cm, tetapi bila bibit yang diperlukan banyak, dalam persemaian dibuat bedengan dengan memakai atap penutup persemaian dari daun kelapa.

Sekali-kali tanah perlu digemburkan dengan cara digarpu atau dicangkul.  Sedang pemupukan paling sedikit dilakukan setahun sekali pada awal musim penghujan dengan menggunakan pupuk Nitrogen atau pupuk Organik (pupuk kandang). Untuk tanah yang kurang mengandung humus,  diantara tanaman cingcau hitam sebaiknya ditanam pupuk hijau. Pemangkasan terhadap cabang dan daun dilakukan setelah tanaman cukup tingginya.  Untuk menjamin mutu daun dan batang, dilakukan pengurangan sedikit demi sedikit atau pemotongan terhadap bunga-bunga yang muncul.

Batang dan daun tanaman cingcau sudah mulai bisa dipetik pada saat tanaman berumur 8 – 12 minggu.  Cara pemetikan mirip dengan cara pemetikan yang dilakukan pada tanaman teh. Yang dipetik adalah 6 atau 8 helai daun yang paling atas, dipetik bersamaan dengan batangnya.  Daun yang tua menghasilkan produk yang kualitasnya kurang baik.  Sumber : tanindo.com